Lelaki Misterius
Friday, January 09, 2015Kepercayaan suatu agama mengatakan, di akhirat nanti tak ada satu manusiapun yang luput dari pertanyaan perihal apa yang ia lakukan di dunia. Takkan bisa lagi ia berbohong, karena seluruh bagian tubuhnya akan menjadi saksi akan apa yang telah ia lakukan semasa hidupnya. Tentunya bagian-bagian tubuh inilah yang paling tahu apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh si pemiliknya.
***
“Ceritakan padaku tentang lelaki itu.”
“Siapa? Lelaki yang mana?”
“Lelaki yang membuat kau tak henti melengkungkan tubuhmu itu.”
Seketika tubuhkupun kembali melengkungkan dirinya sendiri, membuka bagian tubuhnya sehingga memperlihatkan deretan benda-benda bewarna putih rapih yang orang-orang sebut gigi. Aku adalah bibir yang membungkus mereka, mereka tak akan pernah terlihat menawan tanpaku. Pun manusia si empunya tubuh—yang disanalah aku tumbuh ini, tak akan terlihat menarik tanpaku. Semakin sering aku melengkungkan tubuhku, semakin memesonalah ia. Setidaknya begitulah yang ku tahu, itupun setelah mendengarkan cerita-cerita dari si kompak, mata.
“Lelaki itu, ah… aku tak tahu siapa. Aku hanya menjalankan perintahnya maka kulaksanakan.”
“tapi kau terlihat sering melakukannya belakangan ini, kukira ini ada hubungannya dengan lelaki sialan itu.”
“kau menyebutnya sialan?”
“Kenapa tidak? Karenanya aku jadi jarang memejam dan harus selalu terjaga untuk melihat sekotak layar terang yang selalu memunculkan sebuah nama di atas blackberry messanger-nya itu. Tidakkah kau tahu, aku lelah.”
“Kalau begitu kau salahkan saja si jempol. Kenapa ia tak mau berhenti memijit-mijit tombol benda itu. Ya, salahkan saja ia.”
“Untuk apa, toh ia senang dengan pekerjaan barunya itu.”
“Darimana kau tahu?”
Kami sama-sama terdiam sementara sayup-sayup terdengar suara yang menghanyutkan. Gigi menggigit bagian bawah tubuhku perlahan, kemudian tubuhku kembali melengkung-lengkung.
“Hey mata, kau dengar itu?”
“Ya, rupanya dia sedang tak bisa mengontrol perasaannya lagi.”
“siapa?”
“manusia ini.”
“lantas darimana datangnya suara itu?”
“Kau ini bodoh sekali, tentulah jantungnya berdebar lebih kencang lagi.”
“tapi kenapa?”
“Layar kotak itu menampilkan namanya lagi.”
“nama… lelaki itu?”
“ya.”
“apa yang ia katakan?”
“Kenapa kalian berisik sekali?” ucap jempol kanan tiba-tiba. “tidakkah kalian lihat aku ini sedang bekerja, huh?”
“nampaknya kau sangat senang melakukan pekerjaan barumu.” Kata mata ketus, kiri dan kanan, mereka kompak.
“Ah, aku lebih suka si Niko, Rahmat, atau si Aji atau siapa lagi lah aku lupa. Aku tak suka lelaki barunya ini.”
“lelaki barunya? Dia punya pacar baru lagi?”
“lagi? Memangnya sejak kapan dia punya pacar setelah hubungannya berakhir dengan si berengsek itu.. yang… tadi kau bilang namanya siapa?”
“itu nama yang kulupa. Wanita ini tak pernah menghubungi lelaki berengsek itu lagi sehingga namanya tak pernah muncul di atas layar kotak, makanya aku lupa.”
“Apakabar si berengsek itu?”
“kenapa kau tanyakan dia?”
“Kadang aku merindukan mata itu.”
“Oh ayolah, mata buaya memang menggoda, gampang memelas minta dikasihani sehabis itu menebas habis rasa yang tersisa.”
“Tapi tadi kau bilang lebih menyukai lelaki lain termasuk si berengsek daripada si lelaki baru ini. Lalu mengapa kau malah mencibirnya.”
“Setidaknya aku menyukainya karena satu alasan, dia dan lelaki lainnya itu sedikit mempermudah pekerjaanku karena wanita ini jarang membalas pesan para lelaki itu, kalaupun membalas paling hanya beberapa kata. Jadinya kan aku bisa sedikit santai dan bermalas-malasan mencumbu gelas teh hangat dan mencium wewangian makanan di meja makan.”
Tiba-tiba muncul suara pesan bbm
“Dari siapa itu?” bibir penasaran sambil mengulum dirinya tanpa sadar.
“Mungkin dari lelaki baru itu.” Jawab jempol.
“Bukan… Ini dari si Niko.”
Ah, lelaki itu lagi. Beberapa hari belakangan ini lelaki itu memang menghubungi Tania—begitulah wanita ini disebut. Mantan kekasihnya ini memang tak tahu diri. Sebulan lalu ia menemui Tania dan mengobrol panjang lebar, tentang dirinya, tentang masa lalunya bersama Tania, tentang perubahan besar yang terjadi pada diri Tania, lelaki sialan itu tak henti-hentinya memuji kecantikan Tania walaupun Tania tahu itu hanya bualan dan aku selalu dipaksa untuk melengkungkan tubuh dikala lelaki itu memujinya. Sehingga lelaki itu merasa Tania memberikan sinyal positif dan tertarik pula padanya. Jangan salahkan aku bila kenyataannya memang tak seperti yang lelaki itu lihat, aku hanya bagian dari tubuh tuan yang memerintahku melakukannya.
“apa isi pesannya?” tanyaku.
“dia bilang ’Tania, lagi apa?’”
“Klasik!”
Setelah seminggu lalu cintanya ditolak, masih saja ia berani menghubungi Tania. Bagaimana tidak, lelaki itu berkata bahwa ia sangat mencintai Tania dan ingin memilikinya tapi ia pun sudah punya pacar yang sudah ia pacari selama dua tahun, tepat setelah ia memutuskan hubungannya dengan Tania. Si Niko ini memang tampan, bisa kusimpulkan lelaki tertampan yang pernah mengisi relung hati Tania. Tetapi rupanya Tania tak ingin tertipu lagi oleh keindahan rupa, pun keindahan perkataan. Masalalu mengajarinya banyak hal termasuk tentang lelaki. Aku yakin, kejadian si Niko ini pasti hanya akan membuat Tania semakin malas untuk punya kekasih lagi. Ia terlalu trauma. Ah, dasar lelaki.
“Bagaimana menurutmu lelaki itu, kau pasti sudah sering melihatnya bukan?”
“Sebenarnya aku sering mengintip lelaki itu selagi ia tak melihat ke arah Tania. Tapi begitulah si Tania, ia segera membuang pandang ketika lelaki itu memandangnya balik.”
“seperti di film saja.”
“hidup ini bung, memang seperti film.”
“lalu bagaimana kelanjutan hubungan Tania dengannya?”
“entahlah, tetapi hatinya tak berhenti berdebar daritadi.”
“sepertinya dia tengah jatuh cinta.”
“ia tak mudah jatuh cinta.”
“lalu?”
“entahlah. Mungkin ia suka.”
“atau kagum.”
“kagum karena apa?”
“entahlah.”
“hey jempol, kapan kita ini istirahat?”
“mengapa tak kau tanyakan saja pada si Tania tengil ini.”
“Jika kau berhenti bekerja, wanita inipun akan behenti mempekerjakan kami.”
“begitu. Tapi aku mulai suka pada lelaki ini.”
“kenapa?”
“tepat seperti apa yang Tania katakan, lelaki ini berbeda.”
“apa yang membuatnya berbeda?”
“cara Tania memperlakukan lelaki ini, jelas berbeda dengan lelaki pendahulunya, pasti ada sesuatu yang membuat wanita ini tertarik padanya.”
“apa itu?”
“aku belum tahu.. yang jelas wanita ini akan memangkas benalu-benalu yang ada di hati lelaki ini.. begitu katanya.”
“Untuk kemudian?”
“untuk kemudian menumbuhinya.”
“setelah tumbuh?”
“membuat perkebunan disana.”
“tapi… baga…”
Pertanyaan si bibir terhenti, pun mata dan jempol menyusul pinsan kemudian.
00:32
Waktunya mereka istirahat. Tapi tidak dengan bibir, ia masih menyunggingkan senyumnya walaupun matanya memejam, begitupun layar kotak yg seakan tak ingin berhenti menyanyikan lagu Owl City, Vanilla Twilight sedari tadi. Mungkin sekarang sedang ada yang menggentayangi mimpinya lagi.
But when I think of you I don't feel so alone.. ooh.. I don't feel so.. alone~~
Bandung, 09 Januari 2015
2 komentar
edaaann rasanya aku tau ini semua tentang siapa dan siapa orang-orang yang di sebut,kereen kereen.
ReplyDeleteAh, law emang sahabat guweh yang paling tau tentang guweh bro. Love! Muah!
Delete