Senyum itu datang lagi. Pada sebuah wajah yang sangat ku rindukan. Aku tak tahu ini rindu atau bukan. Ah, terlalu dini untuk menyebut perasaan aneh ini rindu. Bahkan aku tak yakin kerandoman perasaan ini terlalu dini. Ku kira aku telah memupuknya sedari lama. Hanya saja tak pernah berkembang karena jarang disiram, hanya ku kagumi saja ia. Jadinya, aku sering main ke rumah tetangga karena rumputnya yang hijau, rumputku jarang disiram sehingga tak terlihat indah. Rumput tetangga itu sering menggodaku untuk bermain-main dengannya, beda dengannya yg hanya diam bila tak ku perhatikan. Ah, tapi lama-lama aku bosan dengan rumput tetangga ini. Mereka indah tapi banyak di pasaran. Belakangan rumputku ini menarik perhatianku lagi, indahnya masih. Kagumku akannya pun masih. Kali ini tak hanya ku kagumi saja ia, aku mulai memberanikan diri untuk mengajaknya bercerita. Ku siram ia, hingga tumbuh indah melebihi si rumput tetangga itu. Aku bahagia. Rumput ini mahal, ia berbeda dengan yang lainnya. Rumput ini, ah, mungkin sebentar lagi akan tumbuh subur di halamanku. Di halaman hatiku. Tapi, itupun bila ia tak bosan meminum air dari sumurku setiap pagi. Bila ia tak ingin tumbuh di tempat lain karena ku rawat ia dengan cara yang membosankan. Aku bunga, akan tetap tumbuh bila kau pun tumbuh. Karena apalah artinya indahku bila tak ada hijaumu. Kita tumbuh bersama rasa yang tak kita tahu bernama apa.
Ini bukan soal memilih,
Ini soal keyakinan.
Ketika keyakinan terombang-ambing,
Mana yang harus ku percaya.
Memilihnya akan lebih baik,
Baik untuk tahun-tahun setelahnya
Bahkan mungkin untuk setelahnya lagi.
Otakku yang mengatakannya.
Tapi hei, realistis itu halal.
Memilihnya pun akan lebih indah,
Indah untuk kenyamanan jiwaku.
Jiwaku yang memang telah terkontaminasi jiwanya.
Hatiku bilang begitu.
Kalut
Yang telah tercerahkan,
Datang beriku pencerahan.
Dia berkata: Ikuti saja kata hatimu
Ya, memang itu yang sedang ingin kulakukan.
Tapi ragu.
Ragu akan jalan yang kan kupilih ini
Akhirnya ku memilih
Memilihnya
Kemudian bencana itu datang
Menjadi kemelut
Si otak tertawa diatas kemelut
Semakin kalut
Si hati merasa tersalahkan
Semuanya selesai
Tak akan ku indahkan lagi indahmu
Wahai hati, kau palsu
Sekarang hitam
Tiada lagi bercak-bercak putih itu
Lenyap
Pergi dimakan jenuh
Ini soal keyakinan.
Ketika keyakinan terombang-ambing,
Mana yang harus ku percaya.
Memilihnya akan lebih baik,
Baik untuk tahun-tahun setelahnya
Bahkan mungkin untuk setelahnya lagi.
Otakku yang mengatakannya.
Tapi hei, realistis itu halal.
Memilihnya pun akan lebih indah,
Indah untuk kenyamanan jiwaku.
Jiwaku yang memang telah terkontaminasi jiwanya.
Hatiku bilang begitu.
Kalut
Yang telah tercerahkan,
Datang beriku pencerahan.
Dia berkata: Ikuti saja kata hatimu
Ya, memang itu yang sedang ingin kulakukan.
Tapi ragu.
Ragu akan jalan yang kan kupilih ini
Akhirnya ku memilih
Memilihnya
Kemudian bencana itu datang
Menjadi kemelut
Si otak tertawa diatas kemelut
Semakin kalut
Si hati merasa tersalahkan
Semuanya selesai
Tak akan ku indahkan lagi indahmu
Wahai hati, kau palsu
Sekarang hitam
Tiada lagi bercak-bercak putih itu
Lenyap
Pergi dimakan jenuh
posted from Bloggeroid
Sore itu plastik cekung berbesi melindungi kepalaku
Aspal basah mendatar di bawah pandanganku
Bayangan hitam dibelakangku lenyap
Hanya aku bayang-bayang tanpa cahaya kuda-kuda besi
Sore itu ku menunggu
Menunggu sesuatu yang tak begitu menarik hasrat menungguku
Ku menunggu
Menunggu sesuatu yang membuatku kesal tiap kali menunggu
Sepasang Converse bergerak berdampingan
Membawa tubuhku sebrangi cahaya kuda-kuda besi
Mengisyaratkan sesuatu yang ku tunggu ada di tempat kemana mereka membawaku
Senyum dibawah lampu rumah pengenyang itu seketika sirna
Diiringi punggung yang melenyap
Sesaat ketika sang pengunjung datang dari balik pintu terbuka
Ah iya, kamu yang kutunggu
Ku harap meski tak pernah terucap
Hindariku karena ku telah bersama
Bukan denganmu
Karena hanya akan jadi lamunan
Aku disini menunggu
Menunggu si langit berhenti menangis
Menunggu si sesuatu yang tak kutunggu
Menunggu si pengenyang datang ke hadapan
Menunggumu datang tuk menyapaku..
Aspal basah mendatar di bawah pandanganku
Bayangan hitam dibelakangku lenyap
Hanya aku bayang-bayang tanpa cahaya kuda-kuda besi
Sore itu ku menunggu
Menunggu sesuatu yang tak begitu menarik hasrat menungguku
Ku menunggu
Menunggu sesuatu yang membuatku kesal tiap kali menunggu
Sepasang Converse bergerak berdampingan
Membawa tubuhku sebrangi cahaya kuda-kuda besi
Mengisyaratkan sesuatu yang ku tunggu ada di tempat kemana mereka membawaku
Senyum dibawah lampu rumah pengenyang itu seketika sirna
Diiringi punggung yang melenyap
Sesaat ketika sang pengunjung datang dari balik pintu terbuka
Ah iya, kamu yang kutunggu
Ku harap meski tak pernah terucap
Hindariku karena ku telah bersama
Bukan denganmu
Karena hanya akan jadi lamunan
Aku disini menunggu
Menunggu si langit berhenti menangis
Menunggu si sesuatu yang tak kutunggu
Menunggu si pengenyang datang ke hadapan
Menunggumu datang tuk menyapaku..
posted from Bloggeroid
Kamis, malam jumat, seudah hari rabu, di sore yang rainy (faktor hujan sangat berpengaruh dalam cerita ini) saya sama temen saya si winda lagi kelaperan ceritanya. Secara kuliah hari itu dimulai dari matahari terbit sampe magrib menjelang, ditambah dengan turunnya air hujan yg bikin suasana perut semakin lapar dan cacing-cacing diperut mulai curi semua nutrisi *idih cacingan*. Btw, kenapa ujan bikin lapar ya?
Sebelum kami berdua saling memangsa satu sama lain karena kelaperan yg klimaks, akhirnya kami nyari tempat makan karena gak mungkin kami nyari wc umum. Kondisi kami udah kayak kucing alay kesiram air cucian piring, basah, lepek, dan berbau tak sedap karena diperjalan pulang tadi saya kentut tiga kali *jangan bilang-bilang ke winda ya*. Pilihan kami pun jatuh pada warung pempek palembang dan soto di sekitaran kampus. Yg punya warung tau banget deh saya suka pempek dan winda suka soto sepertinya menu-menu di warung itu memang didesain khusus untuk kami #Yakalideh.
Sambil nungguin pesenan datang yg terasa seabad nunggunya itu, kami ngobrolin banyak moment yg dilalui dr pagi, dimulai dari ngomongin mantan gebetan yg sudah tak seindah dulu karena udah diambil orang, temen yg sok pinter, sok alay *alay kok, sok ya*, yg sok fashionable dan bisa bikin org yg ngeliat menderita katarak ringan karena perpaduan warna pakaian yg pelangi banget, ngomongin dosen bermuka cabul yg suka nongol tiba-tiba di balik pintu kelas, terakhir ngomongin kucing tetangga yg mati kena serangan jantung.
Pas pesenan datang, kami masih asik aja ngegosip sambil ketawa-ketawa, dan obrolan pun berganti jadi ngomongin tukang pempek dan ngebayangin seandainya dia ngomong "selamat!! kalian berdua adalah pengunjung ke sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan kami, kalian berhak mendapatkan vocher makan pempek gratis disini sebesar satu juta rupiah khusus hari ini!!" *kemudian overdosis pempek*
Hujan semakin lebat, batre henpon tinung-tinung, cacing lagi pesta dalem perut, winda asik dengan sotonya, tiba-tiba dia memecah keheningan ditengah kenikmatan sebongkah pempek lenjer besar isi sosis saya. 6:30 pm.
Winda: "Te, aku sebel deh sama bapak-bapak yg lagi duduk di motor itu." (Intonasi datar, ngomong setengah bisik-bisik sambil monyong-monyong ke depan muka saya)
Saya: "Kenapa emang?" (Masih memperkosa piring pempek)
Winda: "DIA MEGANGIN ANUNYA TERUS SAMBIL NGELIATIN KESINI GEULEUH BANGET DEH!!"
Saya: "Dimana?"
Winda: "Tuh dibelakang kamu"
Saya nengok ke belakang ke arah yg dimana katanya tepat dibelakang saya itu ada bapak-bapak lg asik megangin anunya, setelah memastikan memang ada bapak-bapak cabul bermotor disana saya ga berani untuk melihat lbh detail apa lagi buat mastiin dia lg megang apaan, it's such a horror thing I've ever done. untung hari itu udah gelap dan dgn adanya ujan, sosok cabul itu pun terlihat remang-remang oleh mata saya.
Winda: "Tuh iya kan lagi megangin anunya sambil dikeluarin gitu!"
Saya: *buru-buru masukin hp ke tas* *gendong tas*
Winda: "mau kemana kamu gendong-gendong tas gitu?"
Saya: "biar langsung lari kalo dia tiba-tiba nyamperin kesini" yakalideh tuh bapak cabul mau nyamperin dan liatin anunya lebih jelas lagi ke depan kami sambil ngomong "hey ladies, liat deh ini anu gue keren kan, limited edition loh" :(((
Winda: "najis!! Amit-amit!! Meni nyungcung kitu coba te :( yaampun barudeh seumur idup gue liat begituan"
kengerian akan tuh bapak2 yg sejak tadi menggungcang batin saya,
seketika berubah menjadi tawa yg pecah ketika liat ekspresi polosnya si winda dengan "meni nyungcung kitu" nya itu. Sampe akhirnya tuh bapak lenyap bersama hujan, seketika badai pun datang kedalam jiwa winda, temen saya itu mencontohkan kembali, kali ini lbh detail, apa yg barusan dia liat. Kemudian saya menyeka air mata karena tawa dan tanpa sadar pipis di celana.
Anyway, apaan sih motifnya ya tuh orang nyodor2in anunya kayak gitu, mungkin ini pertama kalinya buat si winda liat ada org yg kayak begitu makanya dia shock berat, but for me, ini yg ketiga kalinya, dulu waktu masih smp kan kalo sekolah tuh jalan kaki dan suka nongkrong di tukang pangkas rambut ma temen2, nah tragedi bapak-bapak-bermotor-berenti didepan kita-dan ngeluarin anunya-tuh udah dua kali saya alami di masa smp, oh my eyes, maafkan saya, saya tak bermaksud menodai kalian dengan tontonan tak senonoh itu :(((
Ps: klo tiba2 suatu hari kalian ketemu ma orang dengan ciri2 diatas (mana cirinya? Saya jg gatau tanya winda aja), segera telepon tukang sunat terdekat, karena saya curiga mungkin dia blm disunat dan gapunya biaya buat sunat, yakali dgn dia kayak gitu bakal ada orang yg berbaik hati ngasih dia hadiah sunat gratis. Atau bisa jadi itu adalah modus baru perampokan..
"jangan bergerak, keluarkan uang dan smua barang berharga yg anda punya, atau saya akan keluarkan anu saya!"
"iya pak, baik, asal jangan keluarkan anu bapak ya."
atau bisa jadi adalah modus hipnotis baru..
"Lihat anu saya, perhatikan lebih dalam, lebih dalam lagi dan anda akan berada didalam alam bawah sadar anda"
Saya cuma berharap semoga uya kuya ga baca tulisan ini, untuk kemudian terinspirasi.
Sebelum kami berdua saling memangsa satu sama lain karena kelaperan yg klimaks, akhirnya kami nyari tempat makan karena gak mungkin kami nyari wc umum. Kondisi kami udah kayak kucing alay kesiram air cucian piring, basah, lepek, dan berbau tak sedap karena diperjalan pulang tadi saya kentut tiga kali *jangan bilang-bilang ke winda ya*. Pilihan kami pun jatuh pada warung pempek palembang dan soto di sekitaran kampus. Yg punya warung tau banget deh saya suka pempek dan winda suka soto sepertinya menu-menu di warung itu memang didesain khusus untuk kami #Yakalideh.
Sambil nungguin pesenan datang yg terasa seabad nunggunya itu, kami ngobrolin banyak moment yg dilalui dr pagi, dimulai dari ngomongin mantan gebetan yg sudah tak seindah dulu karena udah diambil orang, temen yg sok pinter, sok alay *alay kok, sok ya*, yg sok fashionable dan bisa bikin org yg ngeliat menderita katarak ringan karena perpaduan warna pakaian yg pelangi banget, ngomongin dosen bermuka cabul yg suka nongol tiba-tiba di balik pintu kelas, terakhir ngomongin kucing tetangga yg mati kena serangan jantung.
Pas pesenan datang, kami masih asik aja ngegosip sambil ketawa-ketawa, dan obrolan pun berganti jadi ngomongin tukang pempek dan ngebayangin seandainya dia ngomong "selamat!! kalian berdua adalah pengunjung ke sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan kami, kalian berhak mendapatkan vocher makan pempek gratis disini sebesar satu juta rupiah khusus hari ini!!" *kemudian overdosis pempek*
Hujan semakin lebat, batre henpon tinung-tinung, cacing lagi pesta dalem perut, winda asik dengan sotonya, tiba-tiba dia memecah keheningan ditengah kenikmatan sebongkah pempek lenjer besar isi sosis saya. 6:30 pm.
Winda: "Te, aku sebel deh sama bapak-bapak yg lagi duduk di motor itu." (Intonasi datar, ngomong setengah bisik-bisik sambil monyong-monyong ke depan muka saya)
Saya: "Kenapa emang?" (Masih memperkosa piring pempek)
Winda: "DIA MEGANGIN ANUNYA TERUS SAMBIL NGELIATIN KESINI GEULEUH BANGET DEH!!"
Saya: "Dimana?"
Winda: "Tuh dibelakang kamu"
Saya nengok ke belakang ke arah yg dimana katanya tepat dibelakang saya itu ada bapak-bapak lg asik megangin anunya, setelah memastikan memang ada bapak-bapak cabul bermotor disana saya ga berani untuk melihat lbh detail apa lagi buat mastiin dia lg megang apaan, it's such a horror thing I've ever done. untung hari itu udah gelap dan dgn adanya ujan, sosok cabul itu pun terlihat remang-remang oleh mata saya.
Winda: "Tuh iya kan lagi megangin anunya sambil dikeluarin gitu!"
Saya: *buru-buru masukin hp ke tas* *gendong tas*
Winda: "mau kemana kamu gendong-gendong tas gitu?"
Saya: "biar langsung lari kalo dia tiba-tiba nyamperin kesini" yakalideh tuh bapak cabul mau nyamperin dan liatin anunya lebih jelas lagi ke depan kami sambil ngomong "hey ladies, liat deh ini anu gue keren kan, limited edition loh" :(((
Winda: "najis!! Amit-amit!! Meni nyungcung kitu coba te :( yaampun barudeh seumur idup gue liat begituan"
kengerian akan tuh bapak2 yg sejak tadi menggungcang batin saya,
seketika berubah menjadi tawa yg pecah ketika liat ekspresi polosnya si winda dengan "meni nyungcung kitu" nya itu. Sampe akhirnya tuh bapak lenyap bersama hujan, seketika badai pun datang kedalam jiwa winda, temen saya itu mencontohkan kembali, kali ini lbh detail, apa yg barusan dia liat. Kemudian saya menyeka air mata karena tawa dan tanpa sadar pipis di celana.
Anyway, apaan sih motifnya ya tuh orang nyodor2in anunya kayak gitu, mungkin ini pertama kalinya buat si winda liat ada org yg kayak begitu makanya dia shock berat, but for me, ini yg ketiga kalinya, dulu waktu masih smp kan kalo sekolah tuh jalan kaki dan suka nongkrong di tukang pangkas rambut ma temen2, nah tragedi bapak-bapak-bermotor-berenti didepan kita-dan ngeluarin anunya-tuh udah dua kali saya alami di masa smp, oh my eyes, maafkan saya, saya tak bermaksud menodai kalian dengan tontonan tak senonoh itu :(((
Ps: klo tiba2 suatu hari kalian ketemu ma orang dengan ciri2 diatas (mana cirinya? Saya jg gatau tanya winda aja), segera telepon tukang sunat terdekat, karena saya curiga mungkin dia blm disunat dan gapunya biaya buat sunat, yakali dgn dia kayak gitu bakal ada orang yg berbaik hati ngasih dia hadiah sunat gratis. Atau bisa jadi itu adalah modus baru perampokan..
"jangan bergerak, keluarkan uang dan smua barang berharga yg anda punya, atau saya akan keluarkan anu saya!"
"iya pak, baik, asal jangan keluarkan anu bapak ya."
atau bisa jadi adalah modus hipnotis baru..
"Lihat anu saya, perhatikan lebih dalam, lebih dalam lagi dan anda akan berada didalam alam bawah sadar anda"
Saya cuma berharap semoga uya kuya ga baca tulisan ini, untuk kemudian terinspirasi.
posted from Bloggeroid
Tanpa saya sadari usia saya kini is about to be 20 my age, tapi kok ya masih aneh aja gitu klo denger temen yg seangkatan nikah, punya baby, and they have no time for ya sekedar ngumpul bareng ma temen lama. Satu alasan ampuh adalah mereka pindah tinggal ke tempat nan jauh disana ngikutin pasangan halal mereka. Ya, life happens to them.
Harusnya cerita semacam itu gausah dibikin aneh mengingat usia kami yang udah masanya, tapi bakalan jadi aneh dan unbelievable banget ketika inget kepopuleran "mereka" dimasa lampau. Disaat saya yang dengan begonya selalu mengidolakan dan bermimpi menjadi bagian dari mereka. Dan saya dengan kampretnya belum menceritakan siapakah mereka? yg jika diterjemahin kedalam mother languange saya, ehem, adalah.. who are they? Atau mungkin lebih tepatnya, who were they? Because we're gonna talking about they past.
Jamannya SMP atau SMA pasti adadeh tiap angkatan tuh yg namanya geng popoler disekolahan yg gengges abis dan membernya kece badai. Saya sangat menyayangkan mengapa istilah cabe-cabean baru populer saat ini, kemana istilah itu waktu saya berusia 12 tahun dan menganggap cewe cabe-cabean itu keren? Kemana?
Oke lupakan tentang cabe-cabean~ kenapa ya some high school students are obsessed to being popular in their school? Satu pertanyaan besar dalam hidup saya selain "makan apa ya sangkuriang sampe bisa nendang perahu dan jadi gunung?" Adalah.. Is popularity in our high school affect our life next six years? Jawabannya bisa iya, bisa tidak dan bisa jadi. But I'm talking about popularitas dalam pergaulan not popularitas dalam belajar.
Mungkin buat sebagian anak sekolahan termasuk saya dulu, jadi cewe populer tuh keren banget, mau punya pacar tinggal milih didaftar antrian, bisa ngebully temen sekelas, ade kelas, dan temen seangkatan lainnya tanpa takut, yg namanya the power of "gue yg paling populer disini, berani lo ma gue? Kalahin dulu kepopuleran guweeeh!".
Mungkin rada-rada kesinetron-sinetronan ya ini-___-
Jadi gini deh, dulu waktu saya masih smp masih unyu-unyu dan belum ternodai oleh polesan bedak dan lipstik dan syahrini blm punya bulu mata anti badai dan lagunya gak laku-laku, makanya saya tidak mengidolakannya, saya lebih mengidolakan temen seangkatan saya si Junarti. Menurut saya dia adalah wanita terkeren dan termaco versi on the spot, saya selalu ingin menjadi seperti dia dan ingin bergaul dengan dia walaupun jadi kacungnya tapi dia tak pernah melirik saya mungkin karena saya belekan :( FYI, dia juga the most wanted girlpada masanya laki mana yg gak kepincut ma dia, sedangkan saya laki mana yg gak ilfil liat cewe rambut cepak dekil jarang mandi kayak gitu. Tragisnya hidup.
Ceritanya kita pernah ikutan satu ekstrakulikuler bareng, ekskulnya tuh semacam bela diri gitu, karena saya terobsesi untuk menjadi superhero seperti Saras 008, dan saya berkesempatan untuk membuktikan bakat superhero terpendam dalam diri saya itu setelah dilatihan pertama itu si pelatih ekskul nyuruh saya kedepan buat tanding sparing sama.. lo tau siapa? Juniarti guyss!!! Ini adalah kesempatan saya buat nunjukin ke semua orang bahwa saya lebih maco dari si Juniarti cabe-cabean itu. Semangat dalam diri saya menggebu, api membara menyelimuti tubuh saya seakan saya adalah sun goku yg siap mengkamehameha si Juniarti. Juniartipun memakai pelindung badan dan sorak sorai para laki dan para bedebah menyebut namanya dan menyemangatinya, satu2nya yg menyemangati saya dengan gordesnya adalah 5 orang teman setia dan nonpopuler saya.
Sewaktu sparing dimulai, saya berharap saras 008 datang dan merasuki diri saya, tapi ternyata tidak, Juniarti dengan brutalnya memukul2 dada saya dan saya nangis manggil mama. Udah.
Singkat kata, saya gapernah temenan deket sama Juniarti setelah akhirnya kita lulus, masuk SMA yg berbeda dan saya gak tau lagi kabar tentang dia. Hingga akhirnya, jejak mayanya ditemukan. Secara tiba2 ada akun fb yg nge-add fb saya dan sumpedeh alay bingit namenya, klo ga karna mutual friendnya banyak sih ogah saya sekedar liat profilnya doang pun. Pas diliat koleksi fotonya... jeng jeng... omaygat. Is it she?
Dari foto profil juga udah keliatan bedanya dia dulu ma sekarang, ekspresi muka yg keliatan ada beban yg ditanggung disana juga senyum yg gak semanis dulu lagi. Saya terus kepoin album fotonya dan gak ada satupun foto maconya saya temukan. Yg ada hanyalah ekspresi senyum terpaksa. Hingga dalam suatu album saya liat.. aah she already married.
Penasaran, saya mulai memberanikan diri buat ngechat dia dan basa-basi busuk nanya kabar, sumpeh responnya dingin parah, but she simply told me what happen to her life. And ya, I see, that's life. The "real" life already happens to her since four years ago.
Sebenernya emang ada beberapa member geng populer yg begitu, but I personally can't believe that shit happens to her, and her tragic life that I can't tell you here. Saya gak bilang kalo saya lebih baik dari dia disini, mungkin saya hanya sedikit lebih beruntung dalam hal tidak mengalami apa yg dia alami saat ini. Tapi disisi lain saya iri sama keberanian dia yg diusia yg sama kayak saya dia telah berani ambil resiko buat masa depannya, dan mengalami bagaimana hidup itu sesungguhnya, but me, 20th years old and still in prison.
In the end, people that you meet right now won't care anymore about your life some next years, they maybe forget you, so why spend your three years to be being "the most wanted" people and thinking you are the queen? They will forget you, and have their own life.
Harusnya cerita semacam itu gausah dibikin aneh mengingat usia kami yang udah masanya, tapi bakalan jadi aneh dan unbelievable banget ketika inget kepopuleran "mereka" dimasa lampau. Disaat saya yang dengan begonya selalu mengidolakan dan bermimpi menjadi bagian dari mereka. Dan saya dengan kampretnya belum menceritakan siapakah mereka? yg jika diterjemahin kedalam mother languange saya, ehem, adalah.. who are they? Atau mungkin lebih tepatnya, who were they? Because we're gonna talking about they past.
Jamannya SMP atau SMA pasti adadeh tiap angkatan tuh yg namanya geng popoler disekolahan yg gengges abis dan membernya kece badai. Saya sangat menyayangkan mengapa istilah cabe-cabean baru populer saat ini, kemana istilah itu waktu saya berusia 12 tahun dan menganggap cewe cabe-cabean itu keren? Kemana?
Oke lupakan tentang cabe-cabean~ kenapa ya some high school students are obsessed to being popular in their school? Satu pertanyaan besar dalam hidup saya selain "makan apa ya sangkuriang sampe bisa nendang perahu dan jadi gunung?" Adalah.. Is popularity in our high school affect our life next six years? Jawabannya bisa iya, bisa tidak dan bisa jadi. But I'm talking about popularitas dalam pergaulan not popularitas dalam belajar.
Mungkin buat sebagian anak sekolahan termasuk saya dulu, jadi cewe populer tuh keren banget, mau punya pacar tinggal milih didaftar antrian, bisa ngebully temen sekelas, ade kelas, dan temen seangkatan lainnya tanpa takut, yg namanya the power of "gue yg paling populer disini, berani lo ma gue? Kalahin dulu kepopuleran guweeeh!".
Mungkin rada-rada kesinetron-sinetronan ya ini-___-
Jadi gini deh, dulu waktu saya masih smp masih unyu-unyu dan belum ternodai oleh polesan bedak dan lipstik dan syahrini blm punya bulu mata anti badai dan lagunya gak laku-laku, makanya saya tidak mengidolakannya, saya lebih mengidolakan temen seangkatan saya si Junarti. Menurut saya dia adalah wanita terkeren dan termaco versi on the spot, saya selalu ingin menjadi seperti dia dan ingin bergaul dengan dia walaupun jadi kacungnya tapi dia tak pernah melirik saya mungkin karena saya belekan :( FYI, dia juga the most wanted girl
Ceritanya kita pernah ikutan satu ekstrakulikuler bareng, ekskulnya tuh semacam bela diri gitu, karena saya terobsesi untuk menjadi superhero seperti Saras 008, dan saya berkesempatan untuk membuktikan bakat superhero terpendam dalam diri saya itu setelah dilatihan pertama itu si pelatih ekskul nyuruh saya kedepan buat tanding sparing sama.. lo tau siapa? Juniarti guyss!!! Ini adalah kesempatan saya buat nunjukin ke semua orang bahwa saya lebih maco dari si Juniarti cabe-cabean itu. Semangat dalam diri saya menggebu, api membara menyelimuti tubuh saya seakan saya adalah sun goku yg siap mengkamehameha si Juniarti. Juniartipun memakai pelindung badan dan sorak sorai para laki dan para bedebah menyebut namanya dan menyemangatinya, satu2nya yg menyemangati saya dengan gordesnya adalah 5 orang teman setia dan nonpopuler saya.
Sewaktu sparing dimulai, saya berharap saras 008 datang dan merasuki diri saya, tapi ternyata tidak, Juniarti dengan brutalnya memukul2 dada saya dan saya nangis manggil mama. Udah.
Singkat kata, saya gapernah temenan deket sama Juniarti setelah akhirnya kita lulus, masuk SMA yg berbeda dan saya gak tau lagi kabar tentang dia. Hingga akhirnya, jejak mayanya ditemukan. Secara tiba2 ada akun fb yg nge-add fb saya dan sumpedeh alay bingit namenya, klo ga karna mutual friendnya banyak sih ogah saya sekedar liat profilnya doang pun. Pas diliat koleksi fotonya... jeng jeng... omaygat. Is it she?
Dari foto profil juga udah keliatan bedanya dia dulu ma sekarang, ekspresi muka yg keliatan ada beban yg ditanggung disana juga senyum yg gak semanis dulu lagi. Saya terus kepoin album fotonya dan gak ada satupun foto maconya saya temukan. Yg ada hanyalah ekspresi senyum terpaksa. Hingga dalam suatu album saya liat.. aah she already married.
Penasaran, saya mulai memberanikan diri buat ngechat dia dan basa-basi busuk nanya kabar, sumpeh responnya dingin parah, but she simply told me what happen to her life. And ya, I see, that's life. The "real" life already happens to her since four years ago.
Sebenernya emang ada beberapa member geng populer yg begitu, but I personally can't believe that shit happens to her, and her tragic life that I can't tell you here. Saya gak bilang kalo saya lebih baik dari dia disini, mungkin saya hanya sedikit lebih beruntung dalam hal tidak mengalami apa yg dia alami saat ini. Tapi disisi lain saya iri sama keberanian dia yg diusia yg sama kayak saya dia telah berani ambil resiko buat masa depannya, dan mengalami bagaimana hidup itu sesungguhnya, but me, 20th years old and still in prison.
In the end, people that you meet right now won't care anymore about your life some next years, they maybe forget you, so why spend your three years to be being "the most wanted" people and thinking you are the queen? They will forget you, and have their own life.
posted from Bloggeroid