Kelak aku akan selalu mengingatnya sebagai lelaki yang selalu menatap jauh. Ia bagai sebuah roket, meluncur dengan cepat, sendirian, ke tempat yang jauh. Sangat jauh seakan hanya dia seorang yang tahu di mana letak jauh itu. Suatu hari aku tersadar, dia tak pernah melihatku, sebab pandangannya selalu tertuju pada sesuatu yang jauh itu. Sesuatu yang bahkan entah ada atau tidak.
Kami tertawa bersama, bercerita, berkeluh kesah dan tidak sama sekali bisa mendekatkan hati kami bahkan hanya satu senti saja. Ia selalu menatap jauh. Jauh sampai-sampai ia tak bisa melihat dirinya sendiri.
Senja itu ia sangat murung, begitu murung dari orang termurung di dunia. Di dahinya ada garis-garis kerut yang aku tak tahu sudah sejak kapan ia memilikinya, namun satu yang tidak pernah berubah; tatapan itu. Tatapan yang begitu jauh ke depan, sangat depan hingga ia lupa di mana letak depan itu.
Kelak aku akan selalu mengingatnya sebagai lelaki yang selalu menatap jauh. Jauh pada masa kecilnya, bersama seorang yang begitu ia kasihi. Seorang yang tak bisa kembali ia dekap. Seorang yang bukan aku.
-u